- Nama Lengkap : Kusno Sosrodihardjo
- Tempat/Tgl. Lahir: Surabaya, 6 Juni 1901
- Tempat/TgI Wafat: Jakarta, 21 Juni 1970
- SK Presiden: No. 081/TK/Tahun 1986, Tgl. 23 Oktober 1985
- Gelar: Pahlawan Proklamator dan Pahlawan Nasional
Soekarno dilahirkan
dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo seorang guru di Surabaya, Jawa . Ibunya bernama Ida Ayu
Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal
bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia l4 tahun, seorang
kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Cokroaminoto mengajak Soekarno
tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke HBS. Di Surabaya, Soekarno
banyak bertemu dengan para pemimpin Serikat Islam, organisasi yang
dipimpin Cokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan
organisasi, Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat HBS di tahun 1920, Soekarno
melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan
tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung Soekarno berinteraksi dengan
Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin National lndische Partij.
Pada tahun l926, Soekarno mendirikan
Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal
Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas
Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember
1929, dan memunculkan pidato pembelaannya yang fenomenal: Indonesia
Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931. Pada
bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo),
yang merupakan pecahan dan PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan
Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir
dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun, semangatnya tetap membara.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Bengkulu.
Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Pada awal masa penjajahan Jepang
(1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak begitu memerhatikan
tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Namun akhirnya, pemerintahan
pendudukan Jepang memanfaatkan tokoh Indonesia, seperti Soekarno dan
Mohammad Hatta dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga
untuk menarik hati penduduk Indonesia. Organisasi seperti Jawa Hokokai
Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI, dan PPKI, selalu melibatkan tokoh
Indonesia yang memilih strategi kooperatif.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan, mengatakan
bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang, sebenarnya kita
percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri. Ia aktif dalam
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya merumuskan
Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia, termasuk
merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang
Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia, yakni Soekarno, Muhammad Hatta
dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima Iangsung oleh Kaisar
Hirohito. Bahkan, Kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci)
kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Pada bulan Agustus 1945, Ia
diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia
Tenggara di Dalat, Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di
Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16
Agustus 1945. Soekarno dan Muhammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk
menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok.
Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Sukarni, Wikana, Singgih serta
Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia karena terjadi kevakuman
kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan
Sekutu belum tiba. Namun, Soekarno, Hatta, dan para tokoh menolak dengan
alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional
kemudian mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia melalui
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 17
Agustus 1945, berkumandanglah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang
dibacakan Soekarno dan ditandatangani Soekarno-Hatta atas nama rakyat
Indonesia. Tanggal 18 Agustus l945, Soekarno dan Muhammad Hatta diangkat
oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi Presiden dan Wakil Presiden
dikukuhkan oleh KNIP. Kedatangan kembali pasukan Belanda bersama
pasukan sekutu memicu perang antara Belanda dan sekutu melawan rakyat
Indonesia. Akibatnya, ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah
Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Muhammad
Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri RIS. Jabatan Presiden Republik
Indonesia diserahkan kepada Mr. Assaat, yang kemudian dikenal sebagal RI
Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang
ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS
kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno
menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden
RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai
sejak Ia “bercerai” dengan Wakil Presiden Muhammad Hatta, pada tahun
1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia.
Ditambah dengan sejumlah pemberontakan yang terjadi di seluruh pelosok
Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan PKI melalui G 30 S. Soekarno
wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta. Jenazahnya
dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur. Makam beliau hingga kini ramai
dikunjungi, terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno.