Senin, 30 Maret 2015


  • Nama Lengkap : Kusno Sosrodihardjo
  • Tempat/Tgl. Lahir: Surabaya, 6 Juni 1901
  • Tempat/TgI Wafat: Jakarta, 21 Juni 1970
  • SK Presiden: No. 081/TK/Tahun 1986, Tgl. 23 Oktober 1985
  • Gelar: Pahlawan Proklamator dan Pahlawan Nasional
Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo seorang guru di Surabaya, Jawa . Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia l4 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Cokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke HBS. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Serikat Islam, organisasi yang dipimpin Cokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi, Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat HBS di tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung Soekarno berinteraksi dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin National lndische Partij.
Pada tahun l926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pidato pembelaannya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dan PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun, semangatnya tetap membara. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak begitu memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memanfaatkan tokoh Indonesia, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Organisasi seperti Jawa Hokokai Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI, dan PPKI, selalu melibatkan tokoh Indonesia yang memilih strategi kooperatif.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang, sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri. Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia, termasuk merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia, yakni Soekarno, Muhammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima Iangsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan, Kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Pada bulan Agustus 1945, Ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat, Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno dan Muhammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Sukarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia karena terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun, Soekarno, Hatta, dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional kemudian mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia melalui sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 17 Agustus 1945, berkumandanglah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno dan ditandatangani Soekarno-Hatta atas nama rakyat Indonesia. Tanggal 18 Agustus l945, Soekarno dan Muhammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi Presiden dan Wakil Presiden dikukuhkan oleh KNIP. Kedatangan kembali pasukan Belanda bersama pasukan sekutu memicu perang antara Belanda dan sekutu melawan rakyat Indonesia. Akibatnya, ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Muhammad Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr. Assaat, yang kemudian dikenal sebagal RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak Ia “bercerai” dengan Wakil Presiden Muhammad Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan PKI melalui G 30 S. Soekarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur. Makam beliau hingga kini ramai dikunjungi, terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno.